Laporan Mikrobologi - Pengamatan Jamur Mikroskopis
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Diantara tumbuhan rendah (bercahaya),
maka golongan ganggang dan golongan jamur merupakan kelanjutan daripada
golongan bakteri. Apakah golongan itu langsung menjadi golongan bakteri atau
golongan jamur yang menjadi kelanjutan langsung dari bakteri. Hal ini sangat
sukar ditentukan. Peninjauan secara morfologi dan fisiologi menentukan suatu
golongan bakteri, yaitu ordo chlamydobacterials, yang dapat dipandang sebagai yang
dapat dipandang sebagai pangkal pertumbuhan golongan ganggang, hal mana dapat
diketahui dari sifat-sifatnya mengenai adanya lapisan lendir yang mengelubungi
tubuh organism tersebut akan tetapi pembiakkannya dengan menggunakan konidia
itu lebih menggenangkan pada sifat jamur.
Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK) semakin maju. Pengetahuan manusia akan
beberapa hal pun bertambah. Hal ini yang mendasari para peneliti melakukan
penelitian terhadap beberapa jenis makhluk hidup yang berukuran kecil atau
biasa disebut dengan mikroorganisme dengan ketersediaan peralatan teknologi
yang memadai.
Salah satu jenis kehidupan yang diamati adalah
jamur (fungi). Jamur adalah organism yang tidak berklorofil, sehingga bersifat
heterotrof, fungi atau jamur ada yang bersel satu dan ada juga yang
multiseluler. Yang bersel banyak tubuhnya berbentuk benang disebut hifa dan
bercabang-cabang membentuk miselium.
Fungi tidak memiliki banyak jenis, menurut
kompleksitas tubuhnya dibagi menjadi empat divisi, yaitu zyang tidak
berklorofil, sehingga bersifat heterotrof, fungi atau jamur ada yang bersel
satu dan ada juga yang multiseluler. Yang bersel banyak tubuhnya berbentuk
benang disebut hifa dan bercabang-cabang membentuk miselium.
Fungi tidak memiliki banyak jenis, menurut
kompleksitas tubuhnya dibagi menjadi empat divisi, yaitu Zygomycotina, Ascomycotina,
Basidiomycotina, dan Deuteromycotina.
Oleh karena itu, yang melatarbelakangi
praktikum ini ialah agar praktikan mengetahui jenis-jenis jamur dan dapat
mengamati struktur tubuh dari jamur.
1.2
Tujuan
Percobaan
a. Mengetahui
klasifikasi jamur
b. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur
c. Mengetahui
ciri-ciri jamur
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Fungi
Penampilan fungi atau cendawan tidak
asing lagi bagi kita semua. Kita telah melihat pertumbuhan berwarna biru dan
hijau pada buah jeruk dan keju; pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada
roti, dan selai basi; jamur di lapangan dan di hutan. Kesemua ini merupakan
tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan,
bergantung pada spesiesnya. Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan
terdiri dari kapang dan khamir. Kapang bersifat filamentous, sedangkan khamir
biasanya uniseluler (Pelczar, 2008).
Fungi atau cendawan adalah organisme
heterotrofik, mereka memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya. Bila mereka
hidup dari benda organik mati yang terlarut, mereka disebut saprofit. Saprofit
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks, menguraikannya
menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhana, yang kemudian dikembalikan ke dalam
tanah , dan selanjutnya meningkatkan kesuburannya. Jadi mereka dapat sangat
menguntungkan bagi manusia. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilaman
mereka membusukkan kayu, makanan, dan bahan-bahan lain (Pelczar, 2008).
Cendawan saprofit juga penting dalam
fermentasi industry, misalnya pembuatan bir, minuman anggur, dan produksi antibiotik
seperti penisilin. Peragian adonan dan pemasakkan beberapa keju juga bergantung
pada kegiatan cendawan (Pelczar, 2008).
Beberapa fungi, meskipun saprofik, dapat
juga menyerbu inang yang hidup lalu tumbuh dengan subur di situ sebagai
parasit. Sebagai parasit, mereka menimbulkan penyakit pada tumbuhan dan hewan,
termasuk manusia. Akian tetapi diantara sekitar 500.000 spesies cendawan, hanya
kurang lebih 100 yang patogenik terhadap manusia. Kematian karena infeksi oleh
cendawan selain penyakit kulit sangat tinggi. Hal ini boleh jadi disebabkan
oleh diagnosis yang terlambat atau yang salah selama penyakit itu menjalar atau
karena tidak ketersediaannya antibiotik-antibiotik nontosik yang secara medis
tepat guna. Banyak cendawan patogenik, misalnya Hitoplasma capsulatum, yang menyebabkan hitoplasmosis (infeki
mikosis pada system retikulumendotelium yang meliputi banyak organ), dapat juga
hidup sebagai saprofit. Fungi seperti itu menunjukkan dimorfisme, artinya
mereka dapat ada dalam bentuk benang (filamen) seperti halnya kapang. Fase
khamir timbul bilaman organisme itu hidup sebagai parasit atau pathogen dalam
jaringan, sedangkan bentuk kapang bila
organisme itu merupakan saprofit dalam tanah atau dalam medium laboratorium.
Identifikasi di laboratorium untuk cendawan-cendawan patogenik acapkali
tergantung kepada dapat tidaknya
dimorfisme ini dipertunjukkan (Pelczar, 2008).
2.2
Klasifikasi
Jamur
Jamur adalah kelompok organisme
eukariota, dan dimasukkan kelompok ini karena sel-selnya sudah memiliki membran
inti sel. Ciri-ciri jamur yaitu, selnya eukariotik, bentuk tubuhnya ada
uniseluler dan multiseluler. Tidak memiliki klorofil , cara hidupnya adalah
hidup sebagai tumbuhan heterotrof, memiliki dinding sel yang disebut kitin, dan
dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Jamjur dibagi menjadi enam
divisi, yaitu:
a. Myxomycota
(sudah bukan merupakan kelompok jamur)
b. Oomycota
(sudah bukan merupakan kelompok jamur)
c.
Zygomycota
Ciri-ciri jamur : Hifa tidak bersekat
Reproduksi : Seksual :
Dengan perkawinan hifa
Aseksual : Dengan spora vegetatif dan
fragmentasi
miselium
Contoh :
Rhyzopus oryzae
d.
Ascomycota
Ciri-ciri jamur :
Hifa bersekat, sporanya bernama askospora
Reproduksi :
Seksual : Pembetukkan askospora
Aseksual :
Membentuk konidia spora dan tunas
Contoh :
Neuspora crassa (jamur oncom)
e.
Basidiomycota
Ciri-ciri jamur :
Hifa bersekat, tubuh berbentuk, dapat dilihat tanpa mikroskop
Reproduksi :
Seksual : Dengan perkawinan hifa
Aseksual
: Spora konidia
Contoh :
Auricolasia polythica
f. Deuteromycota
Ciri-ciri jamur :
Hifa bersekat, tidak memiliki alat reproduksi seksual
Reproduksi :
Aseksual : Dengan konidia
Contoh :
Chladosporium ( yang menyebabkan
penyakit kulit )
( Waluyo, 2009)
Jamur merupakan
kelompok organisme eukariotik. Jamur ada yang tergolong mikrobia ada juga yang
tidak. Jamur yang tergolong mikrobia contohnya adalah khamir dan jamur benang
atau molds. Khamir adalah jamur yang
tumbuh dalam bentuk uniseluler dan biasanya memperbanyak diri dengan cara
tunas. Jamur ini tersebar di alam, dapat ditemukan di tanah, debu, serta buah,
dan daun pada banyak tanaman. Nampak seperti permukaan buih atau sedimen tebal
pada jus buah dan cairan saccharine (
Waluyo, 2009).
Contoh jamur
yang kedua adalah jamur benang atau molds. Molds adalah jamur berfilamen yang
bersifat parasit dan berkembak biak dengan spora seksual dan aseksual.
Merupakan suatu kelompok heterogenis yang besar dari suatu tumbuhan, seperti
organisme yang membentuk subdivisi Thallophyta.
Contoh molds adalah Rhizopus sp, Penicillium sp, Aspergillus sp, dan Monilia sp (Dwidjoseputro, 2005).
Salah satu
makhluk hidup yang memiliki daya reproduksi tinggi adalah fungi. Fungi merupakan
kelompok mikrobia eukariotik heterotrofik yang tersebar luas di alam dan
bersifat saprofit. Pembagian fungi didasarkan atas sifat khas struktur dan cara
reproduksinya, yaitu Zigomycetes,
Ascomycetes, Basydiomycetes, dan Deutromycetes
(Dwidjoseputro, 2005).
Pada umumnya,
sel khamir lebih besar daripada kebanyakan bakteri, tetapi khamir yang paling
kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar. Khamir sangat beragam ukurannya,
berkisar antara 1 sampai 5 µm lebarnya dan panjangnya dari 5 sampai 30 µm atau
lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau
berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas, namun sekalipun
dalam biakan murni terdapat variasi yang dalam hal ukuran dan bentuk-bentuk
sel-sel individu, tergantung kepada umur dan lingkungannya. Khamir tidak
dilengkapi flagellum atau organ-organ
penggerak lainnya (Pelczar, 2008).
Tubuh atau talus
suatu kapang pada dasar nya terdiri dari sua bagian, yaitu miselium dan spora
(sel resisten, istirahat, atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa
gilamen yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebarnya 5 sampai 10 µm, dibandingkan
dengan sel bakteri yang berdiameter 1 µm (Pelczar, 2008).
Disepanjang
setiap hifa terdapat sitoplasma bersama. Ada tiga macam morfologi hifa, yaitu:
1. Aseptat
atau senosit. Hifa seperti ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum.
2. Septat
dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel
berisi nucleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori di tengah-tengah yang
memungkinkan perpindahan nucleus dan sitoplasma dari ruang ke ruang yang
lainnya. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh
suatu membran sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya
dinamakan sel.
3. Septat
dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih
dari satu nucleus dalam setiap ruang (Pelczar, 2008).
Miselium dapat vegetatif (somatik) atau
reproduktif. Beberapa hifa dari miselium somatik menembus ke dalam medium untuk
mendapat zat makanan. Miselium reproduksi bertangung jawab untuk pembentukkan
spora dan biasanya tumbuh meluas ke udara dari medium. Miselium suatu kapang
deapat merupakan jaringan yang terjalin lepas atau dapat merupakan struktur
padat yang terjalin lepas atau dapat merupakan struktur padat yang
terorganisasi, seperti pada jamur (Pelczar, 2008).
Fungi akan terus menjadi bahan bagi
penelaahan ilmiah dasar, terutama yang berkaitan dengan morfogenesis (proses
terorganisasinaya sel-sel menjadi struktur jaringan). Mereka akan menjadi
semakin penting di dalam proses-proses komersial untuk menyediakan
produk-produk yang bermanfaat, termasuk antibiotik seperti penisilin. Namun
terdapat kebutuhan yang lebih banyak akan bahan-bahan antifungi, sejajar dengan
bahan antibakteri, yang daya racunnya lebih rendah namun lebih efektif untuk
penyakit-penyakit mikotik. Adanya kesadaran yang lebih tinggi mengenai
mikotoksin dan toksisitasnya akan memerlukan pengendalian yang lebih ketat
terhadap serangan kapang pada produk-produk pangan (Pelczar, 2008).
BAB
III
METODOLOGI
PERCOBAAN
3.1
Waktu
dan tempat
Praktikum tentang “Pengamatan Jmaur
Mikroskopis” ini dilaksanakan pada hari Selasa, 7 April 2013 pukul 15.00 –
18.00 WITA di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman.
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
1.
Mikroskop
2.
Lampu Bunsen
3.
Jarum ose
4.
Object
glass
5.
Cover
glass
6.
Botol semprot
7.
Sprayer
8.
Masker
3.2.2
Bahan
1.
Jamur tempe
2.
Jamur roti
3.
Akuades
4.
Alkohol
5.
Korek api
6.
Tisu
3.3
Cara
Kerja
3.3.1
Pengamatan
Jamur Tempe
1.
Disiapkan object glass, cover glass, lampu Bunsen, dan jarum ose
2.
Dicuci object glass dan cover glass
menggunakan akuades kemudian dikeringkan menggunakan tisu
3.
Disterilakn object glass dengan cara dipanaskan di atas lampu Bunsen
4.
Disterilkan jarum ose dengan cara dibakar
diatas lampu Bunsen dengan posisi tegak lurus hingga pijar, kemudian
diangin-anginkan
5.
Diambil jamur tempe menggunakan jarum
ose yang telah disterilkan
6.
Dioleskan jamjur tempe pada permukaan object glass yang telah disterilkan
7.
Diteteskan akuades sebanyak satu tetes
tepat diatas olesan jamur, kemudian dikeringkan
8.
Diletakkan cover glass di atas olesan jamur tempe
9.
Diamati menggunakan mikroskop
3.3.2
Pengamatan
Jamur Roti
1.
Disiapkan object glass, cover glass, lampu binsen, dan jarum ose
2.
Dicuci object glass dan cover glass
menggunakan akuades, kemudian dikeringkan menggunakan tisu
3.
Disterilkan object glass dengan cara dipanaskan di atas lampu Bunsen
4.
Disterilkan jarum ose dengan cara
dibakar di atas lampu Bunsen dengan posisi tegak lurus hingga pijar, kemudian diangin-anginkan
5.
Diambil jamur roti pada permukaan jarum
ose yang telah disterilkan
6.
Dioleskan jamur roti pada permukaan object glass yang telah disterilkan
7.
Diteteskan akuades sebanyak satu tetes
tepat di atas olesan jamur roti, kemudian dikeringkan
8.
Diletakkan cover glass di atas olesan jamur roti
9.
Diamati menggunakan mikroskop
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Tabel
Hasil Pengamatan
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
|
Perbesaran
okuler 10 x
Perbesaran
objektif 40 x
Perbesaran
total 400 x
Keterangan
gambar:
1. Sporangium
2. Spora
3. Sporangium
|
2.
|
|
Perbesaran
okuler 10 x
Perbesaran
objektif 40 x
Perbesaran
total 400 x
Keterangan
gambar:
1. Sporangium
2. Spora
3. Sporangiosfor
4. Hifa
|
4.2
Pembahasan
Pada praktikum “Pengamatan Jamur
Mikroskopis” ini, jamur yang diamati adalah jamur tempe dan jamur roti. Pada
pengamatan jamur tempe, pertama-tama disiapkan object glass, cover glass, lampu
Bunsen, dan jarum ose. Dicuci object
glass dan cover glass menggunakan
akuades, kemudian dikeringkan menggunakan tisu. Disterilkan object glass dengan cara dipanaskan di atas lampu Bunsen. Disterilkan jarum ose dengan cara
dibakar di atas lampu Bunsen dengan posisi tegal lurus hingga pijar, kemudian
diangin-anginkan. Diambil jamur tempe mgnggunakan jarum ose yang telah
disterilakn. Dioleskan jamur tempe dipermukaan object glass yang telah disterilkan. Diteteskan akuades sebanyak
satu tetes tepat di atas olesan jamur. Kemudian dikeringkan. Setelah kering,
diletakkan cover glass di atas olesan
jamur kemudian diamati menggunakan mikroskop.
Dan pada pengamatan jamur roti,
pertama-tama disipakan object glass,
cover glass, lampu Bunsen, dan jarum ose. Dicuci object glass dan cover glass
menggunakan akuades, kemudian dikeringkan menggunakan tisu. Disterilkan object glass dengan cara dipanaskan di
atas lampu Bunsen. Disterilkan jarum ose
dengan cara dibakar di atas lampu Bunsen dengan posisi tegal lurus hingga
pijar, kemudian diangin-anginkan. Diambil jamur roti menggunakan jarum ose yang
telah disterilakn. Dioleskan jamur tempe dipermukaan object glass yang telah disterilkan. Diteteskan akuades sebanyak
satu tetes tepat di atas olesan jamur. Kemudian dikeringkan. Setelah kering,
diletakkan cover glass di atas olesan
jamur kemudian diamati menggunakan mikroskop.
Setelah jamur roti dan jamur tempe
diamati, ternyata warna dari jamur tempe yaitu kehijauan sedangkan warna jamur
roti keabu-abuan. Jamur tempe dan jamur roti masuk ke dalam divisi Zygomycota. Jamur pada divisi ini
memiliki cirri-ciri tubuhnya multiseluler dan terdiri atas hifa tidak bersekat.
Jamur tempe masuk ke dalam kelas zygomycetes,
sedangakn jamur roti masuk ke dalam kelas Eurotimycetes.
Jamur tempe masuk ke dalam ordo muscorales,
sedangakn jamur roti masuk ke dalam ordo Eurotiales.
Jamur tempe masuk ke dalam filum muscoraleae,
sedangkan jamur roti masuk kedalam filum trichocomaceae.
Jamur tempe masuk ke dalam genus penisillium.
Jamur tempe masuk ke dalam spesies rhizhopus
oligosporlius, sedangkan jamur roti masuk kedalam spesies penicillium requeforti.
Ada beberapa klasifikasi jamur, yaitu:
1.
Acrasiomycetes
Jamur ini merupakan
kelompok jamur lendir selular, yang hidup bebas di dalam tanah, biasanya
diisolasi dari tanah humus. Bentuk vegetatifnya berupa sel berinti satu yang
amoeboid, seperti protozoa uniselular atau merupakan amoeba haploid, dan disebut
juga pseudoplasmodium. Ciri-ciri sel
jamur ini adalah dapat bergerak diatas media padat (pseudopodia), makan dengan cara fagositosis, misalnya dengan
memakan bakteri. Sifatnya yang mirip fungi adalah adanya stadium badan buah,
dan terbentuknya spora. Struktur spora seperti bentuk kista dari amoeba. Perkembang
biakan jamur ini dimulai dari berkecambahnya spora, kemudian sel memperbanyak
diri membentuk pseudoplasmodium, selanjutnya sel-sel beragregasi dan akan
membentuk badan buah, akhirnya terbentuk sporokarp yang menghasilkan spora kembali.
Contoh jamur ini adalah Dictyostelium
mucoroides dan D. discoideum.
2. Myxomycetes
Jamur ini merupakan
jamur lendir sejati. Jamur ini dapat ditemukan pada kayu terombak, guguran
daun, kulit kayu, dan kayu. Bentuk vegetatifnya disebut plasmodium. Cara makan dengan
fagositosis. Perkembang biakan jamur ini dimulai dari sel vegetatif haploid
hasil perkecambahan spora. Sel tersebut setelah menggandakan diri akan
mengadakan plasmogami dan kariogami yang menghasilkan sel diploid. Sel diploid
yang berkembang menjadi plasmodium yang selnya multinukleat tetapi uniselular,
selanjutnya membentuk badan buah yang berbentuk sporangium. Sporangium tersebut
menghasilkan spora haploid. Contoh jamur ini adalah Lycogala epidendron, Cribraria
rufa , dan Fuligo septica.
3. Phychomycetes
Jamur ini termasuk
jamur benang yang mempunyai hifa tidak bersepta, sel vegetatif multinukleat,
atau disebut thalus soenositik.
Secara vegetatif dapat memperbanyak diri dengan potongan-potongan hifa, dan
menghasilkan spora aseksual dalam sporangium (sporangiospora). Perkembang biakan secara generatif dengan membentuk
spora seksual. Berdasarkan cara terbentuknya spora dibagi menjadi 2
macam, yaitu:
(a) Oospora,
hasil peleburan antara gamet-gamet yang tidak sama besarnya
(b) Zygospora, hasil peleburan gamet-gamet
yang sama besarnya.
Berdasarkan tipe
sporanya maka jamur ini juga dapat dikelompokkan dalam Oomycetes
dan Zygomycetes. Zoopagales. Jamur
yang penting dari kelompok Mucorales
adalah Mucor sp. dan Rhizopus sp. Rhizopus nigricans adalah
jamur roti, R. oryzae, R. olygosporus,
dan R. stolonifer adalah jamur yang
biasa digunakan pada fermentasi tempe
4.
Ascomycetes
Ciri jamur ini
mempunyai hifa bersepta, dan dapat membentuk konidiofor. Secara vegetatif dapat
berkembang biak dengan potongan hifa, dan pada beberapa jenis dapat
menghasilkan konidia secara aseksual. Fase konidi jamur ini disebut juga fase imperfect. Fungi yang hanya dalam bentuk
fase imperfect disebut fungi imperfecti (Deuteromycetes). Secara generatif dapat membentuk badan buah yang
disebut askokarp, yang di dalamnya terdapat askus (kantong) yang menghasilkan
askospora. Askospora merupakan hasil kariogami dan meiosis. Pembentukan
askospora ada 4 cara, yaitu:
1.
Konjugasi langsung seperti pada khamir.
2.
Pembelahan sel miselium.
3.
Peleburan sel-sel kelamin kemudian oogonium menjadi askus.
4.
Dari hifa askogen timbul organ-organ tertentu yang mengandung inti rang
rangkap.
Berdasarkan bentuknya dapat dibedakan 3 macam askus,
yaitu:
1. Cleistothecium,
bentuknya bulat, kasar dan tidak mempunyai lubang khusus untuk jalan keluarnya spora.
2. Perithecium,
bentuk bulat seperti labu, mempunyai osteol untuk jalan keluarnya
spora.
3. Apothecium,
bentuk seperti cawan atau mangkuk, bagian permukaan terdiri atas
himenium yang mengandung askus-askus
dalam lapisan palisade, dari lapisan
tersebut dapat dilepaskan askospora.
Contoh jamur ini yang
penting adalah genus Aspergillus dan Penicillium. Jamur ini umumnya dapat
menghasilkan pigmen hitam, coklat, merah, dan hijau. Pigmen tersebut dapat
digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis jamur tersebut. Jamur ini umumnya
dapat merombak bahan organik seperti kayu, buah, kulit, dan sisa-sisa tanaman.
Spesies seperti P. roqueforti dan P. camemberti dapat digunakan untuk flavour (aroma). Penicillium notatum dan
Penicillium chrysogenum untuk produksi antibiotik penisilin. Jamur Aspergillus niger untuk fermentasi asam
sitrat, Aspergillus oryzae dan Aspergillus wentii untuk fermentasi
kecap.
5. Basidiomycetes
Ciri khusus jamur ini
yaitu mempunyai basidium yang berbentuk seperti gada, tidak bersekat, dan
mengandung 4 basidiospora di
ujungnya. Pada jamur tertentu mempunyai hymenium
atau lapisan-lapisan dalam badan buah. Hymenium
terdapat pada mushroom, maka disebut juga Hymenomycetes.
Hymenium terdiri dari basidia, hifa
steril, parafisa, dan cysts. Basidia
berasal dari hifa dikariotik, sel ujungnya membesar, inti ikut membesar, 2 inti
melebur menghasilkan 1 inti diploid, kemudian membelah reduksi menjadi 4 inti
haploid yang menjadi inti basidiospora.
Tipe kelamin basidiospora terdiri
atas 2 negatif dan 2 positif. Contoh jamur ini adalah Pleurotus sp (Jamur Tiram), Cyantus
sp., dan khamir Sporobolomyces sp.
6.
Deuteromycetes
Semua jamur yang tidak
mempunyai bentuk (fase) seksual dimasukkan ke dalam kelas Deuteromycetes. Jamur ini merupakan bentuk konidial dari klas Ascomycetes, dengan askus tidak bertutup
atau hilang karena evolusi. Jamur ini juga tidak lengkap secara seksual, atau
disebut paraseksual. Proses plasmogami, kariogami dan meiosis ada tetapi tidak
terjadi pada lokasi tertentu dari badan vegetatif, atau tidak terjadi pada fase
perkembangan tertentu. Miseliumnya bersifat homokariotik. Contoh jamur ini
adalah beberapa spesies Aspergillus, Penicillium, dan Monilia.
Adapun
perbedaan jamur dan bakteri. Jamur adalah organisme yang tidak berklorofil, sehingga
bersifat heterotrof. Jamur ada yang bersel satu, tetapi sebagian besar
bersel banyak, inti sel sudah memiliki
membrane inti (eukariotik). Dinding sel tersusun atas zat kitin. Tubuh jamur
tersusun atas benang-benang halus yang disebut hifa. Hidup di tempat kaya akan
zat organik, lembab, dan kurang cahaya. Reproduksi aseksual melalui pembelahan
dan secara seksual melalui peleburan inti sel dari dua sel induk. Sedangkan
bakteri adalah kelompok organisme yang tidak memiliki membrane inti sel.
Organisme ini masuk ke dalam domain prokariota. Organisme uniseluler. Hidup
bebas atau parasit, ada juga yang hidup di lingkungan ekstrim. Dinding selnya
mengandung peptigokligen. Mempunyai bentuk dasar bulat, batang, dan lengkung.
Mengalami inovulasi, yaitu perubahan bentuk yang yang disebabkan fakta makanan,
suhu, lingkungan. Bakteri juga pleomorfi,
yaitu bentuk yang bermacam-macam dan teratur. Perkembangbiakan dengan cara
aseksual (pembelahan biner) dan paraseksual dengan konjugasi, transformasi, dan
transduksi.
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fungi, yaitu:
1. Substrat,
merupakan sumber nutrien utama bagi jamur
2. Kelembaban,
fungsi tingkat rendah memerlukan lingkungan dengan kelembaban nisbi 90%,
sedangkan kapang memerlukan lingkungan dengan nisbi 80%
3. Suhu,
secara umum pertumbuhan untuk kebanyakan fungi 25o – 30o
C. Beberapa jenis juga tumbuh baik pada suhu (-5)o – (-10)o
C
4. Derajat
keasaman (pH), pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena
enzim-enzim tertentu hanya akan mengurangi suatu substrat sesuai dengan
aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7,0
5. Senyawa
kimia, merupakan pengaman bagi dirinya terhadap serangan organisme lain
6. Intensitas
cahaya, umumnya cahaya menstimulasi atau menjadi faktor penghambat terhadap
pembentukkan struktur alat-alat reproduksi dan spora pada jamur
Adapun
kesalahan yang terjadi dalam percobaan ini, yaitu penggunaan jarum ose yang
terlalu kuat pada saat pengambilan jamur pada tempe, sehingga tempe ikut
tercungkil.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
a. Ada
beberapa klasifikasi jamur, yaitu Acrasiomycetes
(jamur lendir seluler), Myxomycetes
(jamur lendir sejati), Phycomicetes
(jamur tingkat rendah), Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deuteromycetes.
b. Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur, yaitu pH, kelembaban, suhu,
senyawa kimia, substrat, dan intensitas cahaya.
c. Adapun
cirri-ciri jamur ialah selnya eukariotik, bentuk tubuhnya ada yang uniseluler
dan ada yang multiseluler, tidak memiliki seluler, bersifat heterotrof, dan
bereproduksi secara seksual dan aseksual.
5.2
Saran
Sebaiknya dalam pengamatan jamrur ini,
tidak jamur makanan saja yang diamati, tetapi jamur lainnya juga, seperti jamur
kayu.
lampirkan daftarpustaka. tolong
BalasHapus