Laporan Mikrobiologi - Cara-cara Pewarnaan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Di dalam dunia kimia bakteri
memegang peranan sangat penting dalam proses yang berlangsung di dalam kimia,
hampir semua aspek kehidupan kita pun tak pernah lepas dari hubungannya
terhadap bakteri dan mikroba. Beratus
spesies bakteri menguasai setiap bagian tubuh kita. Mereka terdapat dalam
jumlah yang cukup besar. Bakteri
memiliki beberapa bentuk yaitu basil
(tongkat), coccus, spirilum. Bakteri
yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal, diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada coccus dibagi menjadi monococcus,
diplococcus, sampai stophylococcus.
Khusus pada spirilum hanya dibagi dua
yaitu setengah melengkung dan melengkung.
Melihat dan
mengamati bakteri dalam kedaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu
tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut
maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bakteri yang merupakan salah satu
cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Bakteri
umumnya tidak memiliki pigmen sehingga
tidak berwarna dan hampir tidak kelihatan karena tidak kontras dengan medium dimana mereka hidup.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pewarnaan agar bakteri tampak jelas bila diamati dengan
mikroskop.
Prinsip
dasar dari pewarnaan ini adalah adanya ikatan ion antara komponen seluler dari
bakteri dengan senyawa aktif dari pewarnaan yang disebut kromogen. Terjadi
ikatan ion karena adanya muatan listrik baik pada komponen seluler maupun pada
pewarnaan. Berdasarkan adanya muatan ini maka dapat dibedakan pewarna asam dan
pewarna basa.
Pewarnaan
dikelompokkan menjadi pewarnaan langsung dengan pewarnaan basa, pewarnaan tak langsung atau pewarnaan
negatif dan pewarnaan gram. Pewarnaan basa adalah pewarnaan yang langsung mewarnai bakteri.
Pewarnaan negatif adalah pewarnaan yangtidak langsung mewarnai bakteri,
melainkan mewarnai latar belakang preparat bakteri tersebut. Pewarnaan ini dilakukan dengan menggunakan
pewarna yang bersifat asam seperti tinta cina. Pewarnaan
gram merupakan pewarnaan umum dalam bidang bakteriologi. Dengan pewarnaan ini, kelompok
bakteri dibedakan menjadi dua yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Hasil akhir dari pewarnaan gram adalah bakteri gram
positif akan berwarna ungu atau biru, sementara
bakteri gram negatif akan berwarna merah.
Oleh
karena itu dilakukan percobaan untuk mengetahui teknik pewarnaan mikroorganisme
sehingga mempermudah dalam melihat bagian-bagian bakteri.
1.2
Tujuan
Percobaan
a.
Mengetahui macam-macam pewarnaan bakteri.
b.
Mengetahui zat-zat yang digunakan dalam
pewarnaan bakteri.
c.
Mengetahui fungsi dari pewarnaan bakteri.
d.
Mengetahui perbedaan gram positif dan gram negative.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Sejarah Pewarnaan
Di alam ini mikroorganisme mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat
yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna
dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah
satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Metode pengecatan
pertama kali ditemukan oleh Christian Gram pada tahun 1884. Dengan metode ini, bakteri dapat dikelompokkan menjadi
dua yatu, bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Yang didasarkan dari
reaksi atau sifat bakteri terhadap cat tersebut. Reaksi atau sifat bakteri
tersebut ditentukan oleh komposisi dinding selnya sehingga pengecatan gram
tidak bias dilakukan pada mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel
seperti Mycoplasma sp.
Untuk melihat struktur digunakan pewarnaan
flagela, pewarnaan kapsul, pewarnaan spora, dan pewarnaan nukleus. Pewarnaan
Neisser atau Albert digunakan untuk melihat granula metakromatik (volutin
bodies) pada Corynebacterium diphtheriae. Untuk semua
prosedur pewarnaan mikrobiologi dibutuhkan pembuatan apusan lebih dahulu
sebelum melaksanakan beberapa teknik pewarnaan yang spesifik (Pelczar, 1986).
Berhasil
tidaknya suatu pewarnaan sangat ditentukan oleh waktu pemberian warna dan umur
biakan yang diwarnai (umur biakan yang baik adalah 24 jam). Umumnya zat warna
yang digunakan adalah garam-garam yang dibangun oleh ion-ion yang bermuatan
positif dan negatif dimana salah satu ion tersebut berwarna. Zat warna
dikelompokkan menjadi dua, yaitu zat pewarna yang bersifat asam dan basa. Jika
ion yang mengandung warna adalah ion positif maka zat warna tersebut disebut
pewarna basa. Dan bila ion yang mengandung warna adalah ion negatif maka zat
warna tersebut disebut pewarna negatif (Trie, 2012).
Zat warna
yang digunakan dalam pewarnaan bersifat basa dan asam. Pada zat warna basa
bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut disebut kromofor dan
memiliki muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna asam bagian yang berperan
memberikan zat warna mempunyai muatan negatif zat warna basa lebih banyak
digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan didinding sel, membran sel dan
sitoplasma sewaktu proses pewarnaan muatan
positif pada zat warna basa akan berkaitan dengan muatan negatif dalam sel,
sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat (Dwidjoseputro, 1998).
Zat warna
asam yang bermuatan negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme, namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai mikroorganisme,
namun biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan.
Zat warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berkaitan dengan muatan
negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif digunakan
untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif, perlu diperhatikan bahwa
muatan dan daya ikat zat warna terhadap struktur sel dapat berubah bergantung
pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan (Dwidjoseputro, 1998).
Pewarnaan
gram memberikan hasil yang baik, bila digunakan biakan segar yang berumur 24-48
jam. Bila digunakan biakan tua, terdapat kemungkinan penyimpangan hasil
pewarnaan gram. Pada biakan tua, banyak sel mengalami kerusakan pada
dinding-dinding selnya. Kerusakan pada dinding sel ini menyebabkan zat warna
dapat keluar sewaktu dicuci dengan lartan pemucat. Ini berarti bahwa bakteri
gram positif dengan dinding sel yang rusak tidak lagi dapat memertahankan crystal violet sehingga terlihat sebagai
bakteri gram negatif.
Sebelum
dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek. Ulasan ini
kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah cukup
banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati. Kesalahan
yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat
terutama bila suspensi tersebut berasal adari bukan media padat. Sebaliknya
pada suatu suspensi bakteri bila terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan
sewaktu mencari bakteri pada preparatnya.
Untuk
pewarnaan yang mengamati morfologi sel mikroorganisme maka seringkali setelah
pembuatan preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat
dilakukan dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol.
Fiksasi digunakan untuk:
1. Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas
terlihat setelah diwarnai
2. Melekatkan bakteri pada glass objek
3. Mematikan bakteri
2.2
Jenis-jenis Pewarnaan
Secara garis besar teknik pewarnaan bakteri
dapat dikategorikan sebagai berikut :
1.
Pewarnaan sederhana
Menggunakan satu macam
zat warna (biru metilen atau air fukhsin) tujuan hanya untuk melihat bentuk
sel. Pewarnaan sederhana, merupakan pewarna yang paling umum digunakan.
Berbagai macam tipe morfologi bakteri (kokus, basil, spirilum, dan
sebagainya) dapat dibedakan dengan menggunakan pewarna sederhana, yaitu
mewarnai sel-sel bakteri hanya digunakan satu macam zat warna saja. Kebanyakan
bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya
bersifat basofilik (suka akan basa) sedangkan zat-zat warna yang digunakan
untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin (komponen kromoforiknya
bermuatan positif). Zat warna yang dipakai hanya terdiri dari satu
zat yang dilarutkan dalam bahan pelarut. Pewarnaan Sederhana merupakan satu
cara yang cepat untuk melihat morfologi bakteri secara umum. Beberapa contoh
zat warna yang banyak digunakan adalah biru metilen dan ungu kristal.
2.
Pewarnaan differensial
a. Pewarnaan gram
Pewarnaan gram atau
metode gram adalah suatu metode untuk membedakan spesies bakteri menjadi dua
kelompok besar, yakni gram positif dan gram negatif, berdasarkan
sifat kimia dan fisik dinding sel mereka. Metode ini diberi nama berdasarkan
penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram yang mengembangkan teknik ini
pada tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Dengan metode
pewarnaan gram, bakteri dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu bakteri gram
positif dan gram negatif berdasarkan reaksi atau sifat bakteri terhadap cat
tersebut. Reaksi atau sifat bakteri tersebut ditentukan oleh komposisi dinding
selnya. Oleh karena itu, pengecatan gram tidak bisa dilakukan pada
mikroorganisme yang tidak mempunyai dinding sel seperti Mycoplasma sp. Contoh bakteri yang tergolong bakteri tahan asam,
yaitu dari genus Mycobacterium dan
beberapa spesies tertentu dari genus Nocardia. Bakteri-bakteri dari kedua genus ini diketahui memiliki sejumlah
besar zat berlemak didalam dinding selnya sehingga menyebabkan dinding sel
tersebut relatif tidak permeabel terhadap zat-zat warna yang umum sehingga sel
bakteri tersebut tidak terwarnai oleh metode pewarnaan biasa, seperti pewarnaan
sederhana atau gram.
b. Pewarnaan Tahan Asam
Pewarnaan ini ditujukan
terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrasi tinggi sehingga sukar
menyerap zat warna, namun jika bakteri diberi zat warna khusus misalnya karbol-fukhsin
melalui proses pemanasan, maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat
tanpa mampu dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam-alkohol.
Karena itu bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA). Teknik pewarnaan ini
dapat digunakan untuk mendiagnosa keberadaan bakteri penyebab tuberkulosis
yaitu Mycobacterium tuberculosis .
3.
Pewarnaan khusus
a. Pewarnaan Spora
Spora bakteri tidak
dapat diwarnai dengan pewarnaan biasa, diperlukan teknik pewarnaan khusus.
Pewarnaan Klein adalah pewarnaan spora yang paling banyak digunakan.Spora
bakteri sulit diwarnai dengan metode Gram. Untuk pewarnaan spora, perlu
dilakukan pemanasan supaya cat malachite
hijau bisa masuk ke dalam spora, seperti halnya pada pewarnaan
Basil Tahan Asam dimana cat karbol-fukhsin harus dipanaskan untuk
bisa menembus lapisan lilin asam Mycolic dari
Mycobacterium.
b. Pewarnaan flagel
Pewarnaan flagel dengan
memberi suspensi koloid garam asam tanat yang tidak stabil, sehingga terbentuk
presipitat tebal pada dinding sel dan flagel.
c. Pewarnaan kapsul
Pewarnaan ini
menggunakan larutan kristal violet panas, lalu larutan tembaga sulfat sebagai
pembilasan menghasilkan warna biru pucat pada kapsul, karena jika pembilasan
dengan air dapat melarutkan kapsul. Garam tembaga juga memberi warna pada latar
belakang yang berwana biru gelap.
4.
Pewarnaan negatif
Pewarnaan negatif,
metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya
menjadi hitam gelap. Pada pewarnaan ini mikroorganisme kelihatan transparan
(tembus pandang). Teknik ini berguna untuk menentukan morfologi dan ukuran sel.
Pada pewarnaan ini olesan tidak mengalami pemanasan atau perlakuan yang keras
dengan bahan-bahan kimia, maka terjadinya penyusutan dan salah satu bentuk agar
kurang sehingga penentuan sel dapat diperoleh dengan lebih tepat. Metode ini
menggunakan tinta cina. Pewarnaan negatif memerlukan pewarna asam
seperti tinta cina. Pewarna asam memiliki negativecharge
kromogen,tidak akan menembus atau berpenetrasi ke dalam sel karena negative charge pada permukaan bakteri.
Oleh karena itu, sel tidak berwarna mudah dilihat dengan latar belakang
berwarna.
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum cara-cara pewarnaan ini
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 2 Mei 2013 pukul 15.30 – 18.30 WITA di Laboratorium Rekayasa
Lingkunganbertempat di Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat-alat
1.
Pipet tetes
2.
Kawat ose
3.
Lampu bunsen
4.
Cawan petri
5.
Kaca preparat
6.
Mikroskop
7.
Tabung reaksi
8.
Gelas kimia
9.
Botol semprot
10. Cover Glass
11. Korek gas
12. Beaker
Glass
13. Object
Glass
14. Alat
tulis
15. Incubator
3.2.2
Bahan-bahan
1.
Air bersih
2.
Kertas label
3.
Sabun pencuci
4.
Larutan zat
warna crystal violet
5.
Larutan zat
warna tinta cina
6.
Alkohol
7.
Larutan lugol
8.
Larutan zat
warna safranin
9.
Larutan malachite green
10. Aquades
11. Bakteri E. Coli
12. Bakteri Staphylococcus
13. Tisu
14. Kertas saring
3.3
Cara
Kerja
3.3.1
Pewarnaan sederhana
1.
Dibersihkan kaca preparat dan cover glass dengan menggunakan
alkohol sampai bebas lemak, lalu dibersihkan lagi dengan tisu.
2.
Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
3.
Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan
diratakan diatas kaca preparat.
4.
Dikeringkan kaca preparat dengan diangin-anginkan hingga
terbentuk noda.
5.
Difiksasi dengan dipanaskan diatas nyala lampu bunsen.
6.
Didinginkan lalu diteteskan larutan zat warna crystal violet sebanyak 1 atau 2 tetes,
dan dibiarkan selama 1 atau 2 menit.
7.
Dicuci dengan aquades sampai sisa-sisa zat warna tercuci
seluruhnya.
8.
Dikeringkan dengan diangin-anginkan.
9.
Diamati dengan menggunakan mikroskop.
10.
Digambar bentuk bakteri.
3.3.2
Pewarnaan negatif
1.
Dibersihkan object glass dan cover glass dengan menggunakan
alkohol sampai bebas lemak.
2.
Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
3.
Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan diratakan diatas object glass.
4.
Difiksasi dengan cara dipanaskan diatas nyala lampu bunsen.
5. Diteteskan larutan zat warna tinta cina
diatas object glasshingga merata.
6.
Dikeringkan dengan diangin-anginkan.
7.
Diamati dengan menggunakan mikroskop.
8.
Digambar bentuk bakteri.
3.3.3
Pewarnaan gram
1.
Dibersihkan object
glass dan cover glass
dengan
menggunakan alkohol sampai bebas lemak, lalu dibersihkan lagi dengan tisu.
2.
Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
3.
Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan
diratakan diatas object glass.
4.
Dikeringkan object
glassdengan diangin-anginkan hingga terbentuk noda.
5.
Difiksasi dengan dipanaskan diatas lampu bunsen.
6.
Didinginkan, lalu diteteskan zat warna crystal violet sebanyak 2 atau 3 tetes
dan dibiarkan selama 1 menit.
7.
Dicuci dengan aquades sampai sisa-sisa zat warna tercuci
seluruhnya.
8.
Dikeringkan dengan cara diangin-anginkan.
9.
Diteteskan larutan lugol dan dibiarkan selama 1 menit.
10.
Dicuci dengan aquades dan dikeringkan dengan
diangin-anginkan.
11.
Dicuci dengan alkohol selama 30 detik.
12.
Diteteskan larutan zat warna safranin sebanyak 2 atau 3
tetes.
13.
Dicuci dengan aquades.
14.
Diamati dengan menggunakan mikroskop.
15.
Digambar bentuk bakteri.
3.3.4
Perwarnaan spora
1.
Dibersihkan object
glass dan cover glass
dengan
menggunakan alkohol sampai bebas lemak, lalu dibersihkan lagi dengan tisu.
2.
Difiksasi diatas nyala lampu bunsen.
3.
Diambil secara aseptik satu ose suspensi bakteri dan
diratakan diatas object glass.
4.
Dikeringkan object
glassdengan diangin-anginkan hingga terbentuk noda.
5.
Ditutup object
glassdengan kertas saring.
6.
Diteteskan malachite
green sebanyak 2 atau 3 tetes.
7.
Dilewatkan diatas api lampu bunsen hingga terlihat uap,
jangan sampai zat warna mendidih dan mengering.
8.
Didiamkan 1 menit lalu dibuang kertas saring.
9.
Dicuci dengan aquades dan dibiarkan selam 30 detik.
10.
Diteteskan safranin dan dibiarkan selama 30 detik.
11.
Diangin-anginkan hingga
zat warna kering.
12.
Diamati dengan menggunakan mikroskop.
13.
Digambar bentuk bakteri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
4.1.1
Tabel Hasil Pengamatan Bakteri Yang Terbentuk
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
|
1. Bakteri
Bentuk: basil (tongkat)
Warna: ungu
Perbesaran: 10 x 10
|
2.
|
|
1. Bakteri
Bentuk: coccus (bulat)
Warna: kuning
Perbesaran: 10 x 10
|
3.
|
|
1. Bakteri
Bentuk: filamentous
Warna: merah
Jenis: Gram
negatif
Perbesaran: 10 x 10
|
4.
|
|
1. Spora
bakteri
Bentuk: filamentous
Warna: hijau
Perbesaran: 10 x 10
|
4.2
Pembahasan
Praktikum yang telah
dilakukan menggunakan 4 metode pewarnaan, yaitu pewarnaan sederhana, pewarnaan
negatif, pewarnaan gram dan pewarnaan spora. sebelum diberi larutan, terlebih
dahulu dibersihkan dengan akuades, alkohol dan tisu. Setelah dibersihkan,
difiksasi di atas nyala lampu bunsen. Diberikan larutan zat warna pada
masing-masing metode pewarnaan. Setiap metode pewarnaan membutuhkan larutan zat
warna yang berbeda beda. Setelah diberi, didiamkan dan dicuci dengan akuades
dengan alkohol. Setelah itu diamati bakteri tersebut di bawah mikroskop.
Pewarnaan
sederhana yaitu pewarnaan dengan menggunakan satu macam zat warna dengan tujuan
hanya untuk melihat bentuk sel bakteri dan untuk mengetahui morfologi dan
susunan selnya. Pewarnaan ini dapat menggunakan pewarnaan basa pada umumnya
antara lain kristal violet, metylen blue,
karbol, fuchsin, dan safranin. Prinsip pewarnaan sederhana
didasarkan pada zat warna yang digunakan hanya terdiri dari satu zat yang
dilarutkan dalam bahan pelarut yang merupakan suatu cara yang cepat untuk
melihat morfologi bakteri secara umum.
Pewarnaan
negatif yaitu pewarnaan yang ditujukan terhadap bakteri yang sulit diwarnai,
dimana bakterinya tidak diwarnai melainkan latar belakangnya, metode pewarnaan
negatif merupakan suatu metode perwarnaan umum, dimana digunakan larutan zat
warna yang tidak meresap kedalam sel-sel bakteri melainkan melatarbelakangi
sehingga kelihatan atau nampak sebagai bentuk-bentuk kosong tak berwarna
(negatif). Prinsip pewarnaan negatif yaitu
suatu metode pewarnaan tidak langsung dimana digunakan larutan zat warna yang
tidak meresap kedalam sel bakteri melainkan ke dalam latar belakangnya.
Pewarnaan
gram merupakan pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram
positif dan gram negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet dan akan tampak berwarna
ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat
warna crystal violet setelah dicuci
dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna air fukhsin atau safranin akan
tampak berwarna merah. Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam
struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram
antara lain crystal violet, alkohol,
safranin, dan iodine. Prinsip pewarnaan gram didasarkan
pada perbedaan struktur dinding sel bakteri, sehingga menyebabkan perbedaan
reaksi dengan permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pencuci.
Pewarnaan
spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan malachite green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan
muncul warna hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya yaitu
pada Bacillus subtitulis. Prinsip pewarnaan spora yaitu suatu metode pewarnaan yang
menggunakan malachite green dan
safranin, yang dalam hasilnya pewarnaan akan muncul warna hijau pada sporanya
dan warna merah pada sel vegetatifnya.
Crystal violet adalah
pewarna triarylmethane. Pewarna ini
digunakan sebagai histologis noda dalam metode gram klasifikasi bakteri. Crystal violet memiliki sifat-sifat anti
bakteri, jamur dan obat cacing. Crystal violetdipakai
sebagai zat warna primer dikarenakan mampu melekatkan bakteri pada kaca dan
mencegah autolisis pada sel, membuat
sel-sel lebih kuat atau keras, mencegah
mengkerutnya globula-globula protein sel, mempertinggi sifat reaktif
gugusan-gugusan, membunuh bakteri secara cepat dengan tidak mengubah bentuk dan
strukturnya, dan mengubah afinitas cat.
Nigrosin
(tinta cina) adalah campuran dari pewarna sintesis hitam yang dibuat dengan
memanaskan campuran nitrobenzena, anilin, dan hidroklorida. Industri utamanya
adalah sebagai pewarna untuk pernis, dan tinta penanda pena. Didalam biologi,
nigrosin digunakan untuk pewarnaan negatif
bakteri. Bentuk dan organisme yang terlihat sebagai warna bebas
menguraikan terhadap latar belakang gelap. Keuntungan dari menggunakan metode
ini daripada noda positif biasa seperti fuchsin,
metilen blue, atau carbol, ialah
bahwa fiksasi sebelumnya oleh panas atau alkohol tidak diperlukan sehingga
organisme terlihat. Selain itu pewarnaan negatif dengan nigrosin dapat
mengungkapkan beberapa mikroorganisme yang tidak dapat diwarnai dengan
metode biasa.
Lugol’s iodide, juga dikenal sebagai solusi lugol,
merupakan solusi dari iodium dan iodida dalam air. Larutan yodium lugol
digunakan sebagai antiseptik dan desinfektan, dan untuk desinfikasi darurat air
minum, dan sebagai reagen untuk deteksi pasti di dalam laboratorium, pewarnaan
dan tes medis. Fungsi larutan lugol, yaitu meningkatkan aktifitas peningkatan
zat warna oleh bakteri, untuk memperjelas zat warna, dan mempersulit kelarutan zat warna.
Safranin
adalah pewarna biologis yang digunakan dalam histologi dan sitologi. Safranin
digunakan sebagai counterstain dalam
beberapa protokol pewarnaan. Mewarnai seluruh inti sel darah merah. Hal ini
juga dapat digunakan untuk deteksi tulang rawan. Safranin biasanya memilki
struktur kimia, juga trimetil safranin kedua senyawa berperilaku dasarnya
identik dan aplikasi pewarnaan biologi dan kebanyakan prosedur safranin tidak
membedakan diantara keduanya. Persiapan safranin komersial sering mengandung
campuran dari kedua jenis. Safranin juga digunakan sebagai indikator redoks
dalam kimia analitik. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang
telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan alkohol. Dengan kata
lain, memberikan warna pada mikroorganisme non target.
Alkohol
yang berfungsi untuk membilas atau melunturkan kelebihan zat warna pada sel
bakteri (mikroorganisme). Pemberian alkohol pada pengecatan ini dapat
mengakibatkan terjadinya dua kemungkinan yaitu, mikroorganisme (bakteri) akan
tetap berwarna ungu, bakteri menjadi tidak berwarna.
Pewarnaan malachite
green adalah pewarnaan yang biasanya digunakan untuk melihat bakteri batang
pembentuk spora. Untuk membuat larutan malachite
green dapat digunakan bahan kimia dari malachite
green oxalate.
Bakteri gram negatif adalah bakteri yang tidak
mempertahankan zat warna ungu pada metode pewarnaan gram. Bakteri gram positif
akan mempertahankan zat warna ungu setelah dicuci dengan alkohol, sementara
bakteri gram negatif tidak.Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif
adalah pada komponen dinding selnya. Kompleks zat iodin terperangkap antara
dinding sel dan membran sitoplasma organisme gram positif, sedangkan
penyingkiran zat lipida dari dinding sel organisme gram negatif dengan
pencucian alkohol memungkinkan hilang dari sel. Bakteri gram positif memiliki
membran tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal (25–50 nm) sedangkan
bakteri negatif lapisan peptidoglikogannya tipis (1-3 nm).
Ciri-ciri
bakteri gram negatif yaitu:
1.
Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10–15 mm,
berlapis tiga atau multilayer.
2.
Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak
(11-22%), peptidoglikan terdapat didalamlapisan kaku, sebelah dalam dengan
jumlah sedikit 10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
3.
Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
4.
Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat
warna dasar misalnya kristal violet.
5.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif
sederhana.
6.
Tidak resisten terhadap gangguan fisik.
7.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) lebih pekat.
Ciri-ciri
bakteri gram positif yaitu:
1.
Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm,
berlapis tunggal atau monolayer.
2.
Dinding selnya mengandung lipid yang lebih
normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama
merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
3.
Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.
4.
Pertumbuhan dihambat secara nyata oleh zat-zat
warna seperti ungu kristal.
5.
Komposisi nutrisi yang dibutuhkan lebih rumit.
6.
Lebih resisten terhadap gangguan fisik.
7.
Resistensi terhadap alkali (1% KOH) larut.
Mikroskop adalah
alat yang di gunakan untuk melihat, atau mengenali benda-benda renik yang
terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya.
Gambar
4.1.1
Mikroskop
Berikut adalah
bagian-bagian mikroskop beserta fungsinya:
1.
Lensa okuler, yaitu lensa yang dekat dengan mata
pengamat lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, dan
diperbesar dari lensa objektif.
2.
Lensa
objektif, lensa ini berada dekat pada objek yang diamati, lensa
ini membentuk bayangan nyata, terbalik, dan diperbesar. Dimana lensa ini
diatur oleh revolver untuk menentukan perbesaran lensa objektif.
3.
Tabung
mikroskop, tabung ini berfungsi untuk mengatur fokus dan menghubungan
lensa objektif dengan lensa okuler.
4.
Pemutar
kasar (Makrometer), makrometer berfungsi untuk menaik turunkan
tabung mikroskop secara cepat.
5.
Pemutar
halus (Mikrometer), pengatur ini berfungsi untuk menaikkan dan
menurunkan mikroskop secara lambat, dan bentuknya lebih kecil daripada
makrometer.
6.
Revolver, revolver
berfungsi untuk mengatur perbesaran lensa objektif dengan cara memutarnya.
7.
Reflektor, terdiri dari
dua jenis cermin yaitu cermin datar dan cermin cekung. Reflektor ini berfungsi
untuk memantulkan cahaya dari cermin kemeja objek melalui lubang yang terdapat
dimeja objek dan menuju mata pengamat. Cermin datar digunakan ketika cahaya
yang dibutuhkan terpenuhi, sedangkan jika kurang cahaya maka menggunakan cermin
cekung karena berfungsi untuk mengumpulkan cahaya.
8.
Diafragma, berfungsi
untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk.
9.
Kondesor, kondensor
berfungsi untuk mengumpulkan cahaya yang masuk, alat ini dapat putar dan di
naik turunkan.
10. Meja mikroskop, berfungsi
sebagai tempat meletakkan objek yang akan diamati.
11. Penjepit kaca, penjepit ini berfungsi untuk menjepit
kaca yang melapisi objek agar tidak mudah bergeser.
12. Lengan mikroskop, berfungsi
sebagai pegangang pada mikroskop.
13. Kaki mikroskop, berfungsi
untuk menyangga atau menopang mikroskop.
14. Pengatur sudut, untuk mengatur
sudut atau tegaknya mikroskop.
Pada percobaan kali ini
dilakukan beberapa jenis pewarnaan yaitu, pewarnaan sederhana, pewarnaan
negatif, pewarnaan gram, dan pewarnaan spora.Langkah pertama adalah
membersihkan object glass dengan
alkohol agar bebas dari mikroba pengganggu, lalu dibersihkan dengan aquades
agar alkohol tidak menggangu proses pewarnaan nantinya. Selanjutnya difiksasi, fiksasi adalah suatu metode
persiapan untuk menyiapkan suatu sampel agar tampak realistik dengan
menggunakan grutaldehid dengan proses
pembakaran. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan melekatkan sel
bakteri pada object glass tanpa
merusak struktur selnya.
Pada
pewarnaan sederhana digunakan zat warna crystal
violet. Dari percobaan yang dilakukan pada pewarnaan sederhana didapatkan
bakteri dengan bentuk basil dengan
menggunakan perbesaran 400.Pada pewarnaan negatif digunakan zat warna tinta
cina. Dari percobaan yang dilakukan pada pewarnaan negatif didapatkan bakteri
dengan bentuk coccus yang tampak
transparan dengan menggunakan perbesaran 400. Pada pewarnaan gram digunakan dua
zat warna yaitu crystal violet dan
safranin. Crystal violet ini
merupakan zat warna utama dalam pewarnaan gram, dan safranin merupakan zat
warna kedua karena safranin digunakan untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah
kehilangan zat warna
utama setelah perlakuan dengan alkohol. Sedangkan lugol digunakan untuk
mengintensifkan warna utama atau warna dari crystal
violet. Dan alkohol yang merupakan larutan pencuci digunakan untuk
melunturkan zat warna utama.
Pada
perwarnaan spora digunakan zat warna malachite
green karena spora bakteri (endospora) tidak dapat diwarnai dengan
pewarnaan biasa. Untuk pewarnaan endospora, perlu dilakukan pemanasan supaya
zat warna malachite green bisa
masuk ke dalam spora. Untuk itulah dilakukan pemanasan diatas api bunsen dengan
ditutup dengan kertas saring hingga terlihat uap. Pemanasan ini agar pori-pori
bakteri membesar sehingga zat warna malachite greendapat
masuk dan dengan pencucian pori-pori kembali mengecil menyebabkan zat warna malachite
greentidak dapat dilepas walaupun dilunturkan dengan alkohol,
sedangkan pada badan bakteri zat warna dilepaskan dan mengambil warna merah
dari safranin. Pada percobaan ini didapatkan spora yang seharusnya berwarna hijau, tetapi pada hasil
pengamatan yang terlihat hanya warna merah dari safranin.
Beberapa
faktor kesalahan pada praktikum antara lain pemberian zat warna yang berlebihan
sehingga sel bakteri tidak nampak, faktor yang lain adalah pada proses
pencucian terlalu deras dalam membilas zat warna dengan air sehingga dapat
menyebabkan bakteri larut terbawa air. Juga pada saat proses fiksasi saat
bakteri berada di atas object glass, jika
terlalu panas maka bakteri tersebut akan mati, Dan dalam melakukan langkah-langkah pewarnaan,
jangan sampai tertukar, karena jika tertukar maka hasilnya akan berbeda.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
a. Jenis-jenis pewarnaan bakteri antara lain,
pewarnaan sederhana, pewarnaan differensial seperti pewarnaan gram, pewarnaan
tahan asam, dan lain-lain, pewarnaan
khusus seperti pewarnaan spora, pewarnaan kapsul, dan lain-lain, dan pewarnaan
negatif.
b. Zat-zat yang sering digunakan untuk
pewarnaan bakteri antara lain, crystal
violet, safranin, tinta cina, dan malachite
green.
c. Manfaat
dari pewarnaan bakteri adalah untuk mengetahui bakteri tersebut memiliki warna
yang beragam tergantung dari jenis pewarnaan dan dapat membedakan bakteri gram
positif dan bakteri gram negatif dalam pewarnaan gram.
d. Perbedaan
pada garam negatif dan gram positif terletak pada warnanya pada gram positif
berwarna ungu kareana dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet ketika dilakukan pewarnaaan gram, begitupun sebaliknya. serta
perbadaan terjadi pada dinding selnya
5.2
Saran
Sebaiknya untuk percobaan yang
akan datang, larutan zat warna yang
digunakan dalam percobaan lebih banyak dan bervariasi dan bakteri yang
digunakan lebih dari satu jenis agar praktikan lebih mengetahui macam-macam
warna, bentuk dari masing-masing bakteri. Serta dilakukan
jenis-jenis pewarnaan yang lebih beragam, misalnya pewarnaan tahan asam dan
pewarnaan flagel.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Dwidjoseputro,
D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi.
Malang: Djambatan.
2.
Pelczar, Michael.
1986. Dasar – Dasar Mikrobiologi.
Jakata: U dan D.
3.
Trie, Ita. 2012.
Laporan Mikrobiologi Pewarnaan Bakteri. http://itatrie.blogspot.com/2012/10/laporan-mikrobiologi-pewarnaan.html.
Diakses tanggal 24 April 2013 pukul 16.53 WITA.
Komentar
Posting Komentar