Laporan Mikrobiologi - Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Flora mikroba di
lingkungan mana saja pada umumnya terdapat dalam populasi
campuran. Boleh dikatakan amat jarang mikroba dijumpai sebagai satu spesies
mikroorganisme tunggal di alam. Untuk mencirikan atau mengidentifikasi suatu
spesies mikroorganisme tertentu, pertama spesies harus dapat dipisahkan dari
organisme lain yang umum dijumpai dalam habitatnya, lalu ditumbuhkan menjadi
biakan murni, (biakan murni adalah biakan yang sel-selnya berasal dari pembelahan satu sel
tunggal). Sebab dalam biakan murni semua metode mikrobiologi yang digunakan
untuk menelaah dan mengidentifikasi mikroorganisme, termaksud penelaahan ciri-ciri kultural, morfologis, fisiologis
maupun selogis. Memerlukan suatu populasi yang terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja.
Teknik yang
digunakan dan tipe medium yang dipilih tergantung dari sifat penelitian yang
pertama menumbuhkan sel spesies tertentu, yang mikroorganisme yang teramati
secara mikroskopik dan yang tambah dalam lingkungan alam yang terbukti sangat sukar
untuk tambah secara murni pada medium buatan. Pemeriksaan mikrobiologi bahan-bahan alami tentu mengandung berbagai
lingkungan mikro yang berbeda masing-masing
menyediakan tempat untuk spesies yang berbeda. Isolasi tipe tertentu mikroorganisme,
jika ditanam dengan tepat, akan menghasilkan tipe organisme yang berbeda untuk tiap
lingkungan mikro yang ada.
Oleh karena itu
dalam mengisolasi galur murni perlu dilakukan secara bertingkat. Tingkat pertama
dilakukan secara manual dengan cara mengencerkannya. Tingkat kedua digunakan
media yang bersifat selektif yang masih satu golongan. Tingkat ketiga dari
koloni yang seolah–olah sudah murni. Cara bertingkat tersebut adalah cara konvensional
yang sampai saat ini masih banyak dilakukan. Isolasi adalah dengan cara
menggoreskan, dan isolasi juga cara untuk memisahkan atau memindahkan mikroba
tertentu dari lingkungannya.
Pada praktikum Isolasi dan Identifikasi Dasar Mikroba ini dilakukan untuk
memberikan pemahaman kepada
praktikan tentang hal yang berkaitan dengan isolasi pada mikroba dan
identifikasi dasar mikroba. Karena itu, yang melatarbelakangi
percobaan praktikum isolasi dan
identifikasi dasar mikroba ialah untuk memelihara sejumlah mikroorganisme yaitu bakteri dan jamur dari media yang ada atau digunakan.
1.2
Tujuan
a. Mengetahui
fungsi dari isolasi mikroba
b. Mengetahui
teknik dasar dan metode dalam isolasi
c. Mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi isolasi mikroba
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Prinsip Isolasi
Mikroba
Pada prinsipnya isolasi mikroba adalah
memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba lain yang berasal dari campuran
bermacam-macam
mikroba. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya pada media padat, karena
dalam media padat sel-sel
mikroba akan
membentuk suatu koloni sel yang tetap pada tempatnya (Sandjaja, 1992).
Jika sel-sel tersebut tertangkap oleh media padat
pada beberapa tempat yang terpisah, maka setiap sel atau kumpulan sel yang
hidup akan berkembang menjadi suatu koloni yang terpisah, sehingga memudahkan
pemisahan selanjutnya. Bila digunakan media cair, sel-sel mikroba susah dipisahkan secara individu
karena terlalu kecil dan tidak tetap tinggal ditempatnya. Akan tetapi apabila
sel-sel tersebut
dipisahkan dengan cara pengenceran, kemudian ditumbuhkan pada media padat dan
dibiarkan membentuk koloni, maka sel-sel
tersebut selanjutnya dapat diisolasi dalam tabung-tabung reaksi atau cawan petri yang
terpisah.
2.2
Cara Mengisolasi
Mikroba
Pemindahan bakteri dari
medium lama ke medium yang baru atau dikenal dengan istilah inokulasi bakteri ini
memerlukan banyak ketelitian. Terlebih dahulu kita harus mengusahakan agar
semua alat-alat yang akan digunakan untuk pengerjaan medium dan pengenceran inokulasi benar-benar
steril. Hal ini untuk menghindari terjadinya kontaminasi, yaitu masuknya
mikroba lain yang tidak diinginkan sehingga biakan yang tumbuh di dalam medium adalah
benar-benar biakan murni. Isolasi
mikroba dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1.
Pengenceran
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil
memelihara Streptococcus Laktis dalam
piaraan murni yang diisolasi dalam sempel susu yang sudah masam. Suatu sempel
dari suatu suspensi yang berupa campuran bermacam-macam spesies diencerkan
dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran ini kemudian diambil
kira-kira 1 ml untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari pengenceran yang ketiga
ini diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu medium padat, kemungkinan besar
akan didapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam medium tersebut, akan
tetapi mungkin juga hanya akan memperoleh satu koloni saja. Dalam hal yang
demikian ini dapat dijadikan piaraan murni. Jika belum yakin, bahwa koloni
tunggal yang diperoleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka dapat
mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai sampel.
2.
Penuangan
Robert Koch (1843-1905) mempunyai metode lain, yaitu dengan mangambil
sedikit sampel campuran bakteri yang mudah diencerkan dan sampel ini kemudian
disebarkan di dalam suatu medium yang terbuat dari kaldu dan gelatin encer. Dengan
demikian akan diperoleh suatu piaraan adukan. Setelah medium tersebut mengental
maka selang beberapa jam kemudian nampaklah koloni-koloni yang masing-masing
dapat dianggap murni. Dengan mengulang pekerjaan di atas maka akhirnya akan
diperoleh piaraan murni yang lebih terjamin (Schiegel, 1996).
2.3
Metode Menanam
Biakan
Ada beberapa metode yang
biasanya dilakukan untuk menanam biakan di dalam medium diantaranya adalah:
1.
Metode Cawan Gores
Metode ini memiliki dua keuntungan yaitu menghemat bahan dan waktu, namun untuk
memperoleh hasil yang baik diperlukan keterampilan yang lumayan yang biasanya
diperoleh dari pegalaman. Metode cawan gores yang dilakukan dengan baik kebanyakan akan menyebabkan
terisolasinya mikroorganisme yang diinginkan. Dua macam kesalahan yang umum
dilakukan adalah tidak memanfaatkan permukaan medium dengan sebaik-baiknya
untuk digores sehingga pengenceran mikroorganisme menjadi kurang larut dan cenderung
untuk menggunakan inokolum terlalu banyak sehingga menyulitkan pemisahan
sel-sel yang digores.
2.
Metode Cawan Tuang
Cara lain untuk memperoleh biakan koloni murni dari populasi campuran
mikroorganisme ialah dengan mengencerkan eksperimen dalam medium agar yang
telah dicairkan dan didinginkan yang kemudian dicawankan. Karena konsentrasi
sel-sel mikroba di dalam eksperimen pada umumnya tidak diketahui sebelumnya, maka pengenceran
perlu dilakukan beberapa tahap sehingga sekurang-kurangnya satu diantara cawan-cawan tersebut
mengandung koloni-koloni terpisah di atas permukaan maupun di dalam agar. Metode ini memboroskan waktu dan bahan namun tidak memerlukan
keterampilan yang terlalu tinggi (Gandjar, 2006).
2.4
Teknik Isolasi Mikroba
Proses pemisahan/pemurnian dari mikroorganisme lain
perlu dilakukan karena semua pekerjaan mikrobiologi, misalnya telaah dan
identifikasi mikroorganisme, memerlukan suatu populasi yang hanya terdiri dari satu macam
mikroorganisme saja. Teknik tersebut dikenal dengan isolasi mikroba. Terdapat berbagai cara mengisolasi
mikroba, yaitu:
1. Isolasi Pada Cawan Agar
Prinsip metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari mikroorganisme
lain. Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi
berasal dari satu sel tunggal. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan
agar, yaitu: metode gores kuadran dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadran bila
metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme
dimana setiap koloni berasal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan metode gores kuadran, cawan tuang menggunakan
medium agar yang dicairkan dan didinginkan 50oC, yang kemudian
dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada cawan yang terakhir
mengandung koloni-koloni yang terpisah di atas permukaan/di dalam cawan.
2.
Isolasi Pada Medium Cair
Metode ini dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh pada agar cawan
(medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode ini juga perlu dilakukan
pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin tinggi pengenceran,
peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.
3.
Isolasi Sel Tunggal
Metode ini dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran besar
yang tidak dapat diisolasi dengan metode cawan atau medium
cair. Sel mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100
kali. Kemudian sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang
sangat halus ataupun mikromanipulator yang dilakukan secara aseptis.
Selain itu, cara lain yang
dapat digunakan untuk mengisolasi mikroba adalah sebagai berikut:
1.
Metode Cawan Sebar (Spread Plate)
Teknik (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur dicampurkan ketika
media masih cair (belum memadat). Kelebihan teknik ini adalah mikroorganisme
yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.
2.
Teknik Dilusi
Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari
substratnya ke dalam air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah
diambil kemudian disuspensikan dalam akuades steril. Teknik dilusi sangat
penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir semua metode penelitian dan
perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti TPC (Total Plate Counter). Oleh karena itu,
metode ini umum digunakan dalam isolasi bakteri (Sandjaja, 1992).
2.5
Tahap Sebelum
Menanam Bakteri
Ada beberapa tahap yang
harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman bakteri (inokulasi) yaitu :
1.
Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril
agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan. Dalam
laboratorium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan
dalam sebuah kotak kaca (encast)
udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan
agar terkena sinar ultraviolet.
2.
Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan
untuk diambil 1 mL. Contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 mL murni.
3.
Pemindahan dengan kawat
inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel ujungnya boleh
lurus juga boleh berupa kolongan yang diameternya 1-3 mm. Dalam melakukuan
penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan, sedangkan sisanya
tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu
disentuhkan lagi dalam nyala api, karena pada suhu yang tinggi bakteri atau
mikroorganisme akan terdenaturasi dan alat menjadi steril dari mikroba
pengkontaminan.
2.6
Sifat-sifat Koloni
Sifat-sifat koloni yang
tumbuh pada agar-agar lempengan, pada agar-agar miring dan pada tusukan gelatin
adalah sebagai berikut:
1.
Sifat-sifat koloni pada
agar-agar lempengan mengenai bentuk, permukaan dan tepi. Bentuk koloni
dilukiskan sebagai titik-titik, bulat berbenang, tak teratur, serupa akar,
serum kumparan. Permukaan koloni dapat datar, timbul mendatar, timbul
melengkung, timbul mencembung, timbul membukit dan timbul berkawah. Tepi koloni
ada yang utuh, ada yang berombak, ada yang berbelah-belah, ada yang bergerigi,
ada yang berbenang-benang dan ada yang keriting.
2.
Sifat-sifat koloni pada
agar-agar miring. Sifat ini berkisar pada bentuk dan tepi koloni dan sifat itu
dinyatakan dengan kata-kata seperti serupa pedang, serupa duri, serupa tasbih,
serupa titik-titik, serupa batang dan serupa akar.
3.
Sifat koloni tusukan dalam
gelatin. Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin. Karena itu, maka
bentuk-bentuk koloninya juga berbeda-beda. Lagipula bentuk koloni yang tidak
dapat mengencerkan gelatin. Bila dilihat dari samping koloni yang tidak
mengencerkan gelatin dapat serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol dan
berjonjot. Jika bakteri mampu mengencerkan gelatin, maka bentuk koloninya dapat
serupa kawah, serupa mangkuk, serupa corong, pundi-pundi dan berlapis. Hal
tersebut bisa diamati di sekitar gelatin.
Setelah mikroba ditumbuhkan
pada media agar tabung maupun cawan dan setelah inkubasi akan terlihat
pertumbuhan bakteri dengan berbagai macam bentuk, ukuran, sifat, dan berbagai
ciri khas yang lain. Ciri-ciri ini akan mengarahkan ke sifat-sifat mikroba
tersebut pada media pertumbuhan, sehingga pengamatan morfologi ini sangat
penting untuk diperhatikan (Schiegel, 1996).
BAB
III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1
Waktu
dan Tempat
Praktikum tentang
isolasi dan identifikasi yang dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 18 April
2013 pada pukul 15.30 – 17.30 WITA di Laboratorium Rekayasa Lingkungan Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman Samarinda. Kemudian pengamatan hasil isolasi dan identifikasi dasar mikroba
dilaksanakan pada tanggal 20 April 2013
dimulai dari pukul 11.00 – 12.00 WITA di Laboratorium
Rekayasa Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Mulawarman Samarinda.
3.2
Alat
dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Labu
Erlenmeyer
2. Tabung
Reaksi
3. Rak
Tabung Reaksi
4. Magnetic
stirrer
5. Hot Plate
6. Spatula
7. Neraca
Analitik
8. Cawan
Petri
9. Oven
10. Incubator
11. Batang
Pengaduk
12. Pipet Tetes
13. Pipet Volume
14. Lampu Bunsen
15. Bulp
16. Pinset
17. Yellow tip
18. Sprayer
19. Mikro
Pipet
20. Labu Ukur
21. Medical
Sterilizer
3.2.2
Bahan
1.
Potato
Dextrose Agar (PDA)
2.
Nutrient
Agar
(NA)
3.
Larutan NaCl 0,9%
4.
Ketombe
5.
Kue Lapis Basi 1 gram
6.
Air Bersih 1500 ml
7.
Aquadest
1500 ml
8.
Alumunium Foil
9.
Tissue
10. Sabun Cuci Piring
11. Kertas Label
3.3
Cara
Kerja
3.3.1
Pembuatan
Biakan Bakteri Pada Media NA
1.
Disterilkan tangan terlebih dahulu
dengan menggunakan alcohol.
2.
Ditimbang sampel berupa kue lapis basi
sebanyak 1 gram.
3.
Dimasukkan sampel ke dalam tabung reaksi
10-1 yang berisi larutan NaCl 0,9%.
4.
Dikocok hingga bercampur.
5.
Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi
10-1 ke tabung reaksi 10-2, kemudian homogenkan.
6.
Dipipet 1 ml larutan dari tabung reaksi
10-2 ke tabung reaksi 10-3, kemudian homogenkan.
7.
Dipipet 1 ml larutan dari tabung 10-3
ke dalam cawan petri.
8.
Ditambahkan 20 ml larutan NA, homogenkan
dengan membentuk angka delapan, dan beri label.
9.
Diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam
dengan suhu 37oC.
3.3.2
Pembuatan
Biakan Jamur Pada Media PDA
1.
Diambil media PDA yang sudah beku.
2.
Ditotolkan ketombe pada cawan petri, dan
beri label.
3.
Diinkubasi dalam inkubator selama 48 jam
dengan suhu 37oC.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pengamatan
Tabel
Pengamatan Identifikasi Dasar Mikroba
No.
|
Gambar
|
Identifikasi
|
|||
1.
|
Media
NA 10-3
|
Tidak
terdapat bakteri, hanya terdapat kontaminan.
Keterangan
gambar:
1. Cawan petri.
2. Kontaminan.
|
|||
2.
|
Media
PDA
|
Tidak
terdapat jamur, hanya terdapat kontaminan.
Keterangan
gambar:
1. Cawan petri.
2. Kontaminan.
|
4.2
Pembahasan
Isolasi mikroba adalah proses yang dilakukan bertujuan
untuk memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya yang terdapat di alam dan menumbuhkannya dalam satu medium buatan,
sehingga diperoleh kultur murni. Kultur murni ialah kultur yang sel-sel
mikrobanya berasal dari pembelahan dari satu sel tunggal. Manfaat dilakukannya
isolasi adalah untuk mengidentifikasi mikroba, termasuk menelaah ciri-ciri
kultural, morfologis, fisiologis, maupun serologis, yang memerlukan suatu
populasi yang terdiri dari satu macam mikroorganisme saja. Prinsip isolasi
mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dari mikroba lainnya yang berasal
dari bermacam-macam spesies mikroba
Pada percobaan pembuatan biakan dengan media PDA
dilakukan isolasi dengan cara cawan tuang
(pour-plate method), pertama-tama
disiapkan media PDA (Potato Dextrose Agar)
yang telah beku di dalam cawan petri. Kemudian diambil sampel ketombe lalu
ditotolkan pada cawan petri dan dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 370C
selama 48 jam. Selain itu, pada percobaan pembuatan biakan dengan media NA
dilakukan dengan cara pengenceran (dilution
method), disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diisi NaCl 9 ml dan
diberi label masing-masing 10-1, 10-2 dan 10-3.
Suatu sampel yaitu kue lapis basi yang mengandung campuran bermacam-macam
spesies mikroba diambil 1 gram kemudian diencerkan dalam tabung reaksi 10-1 dan dihomogenkan. Dari hasil
pengenceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi dalam tabung reaksi
10-2 lalu dihomogenkan. Hasil pengenceran diambil kembali 1 ml dan
dimasukkan dalam tabung reaksi 10-3 dan dihomogenkan. Hasil
pengenceran kemudian diambil 1 ml lalu dimasukkan ke dalam cawan petri dan
ditambahkan 20 ml media NA (Nutrient Agar)
dan dihomogenkan membentuk angka 8 lalu dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu
370C selama 48 jam.
Faktor yang dapat mempengaruhi isolasi mikroba untuk
dapat tumbuh antara lain adalah:
1.
Suhu
Suatu mikroorganisme tidak akan mampu bertahan pada
suhu yang tinggi, karena pada suhu yang terlalu tinggi protein dalam selnya
akan mudah untuk terdenaturasi.
2.
Kelembapan relatif
Dalam suatu kondisi lembap, terdapat mikroorganisme
yang akan mudah hidup. Akan tetapi, kelembapan harus disesuaikan dengan
karakteristik mikroorganisme yang akan ditumbuhkan.
3.
Cahaya
Dalam suatu intensitas cahaya tertentu mikroorganisme
tidak dapat tumbuh karena, Pada intensitas cahaya yang lebih
tinggi, mikroorganisme tidak akan mampu mempertahankan diri dari sinar ultra
violet
4.
Radiasi
Seperti yang kita ketahui, jika makhluk hidup terkena
radiasi, maka radiasi tersebut akan berdampak pada struktur sel suatu
makhluk hidup sehingga akan mengalami kelainan. Hal tersebut juga berdampak
pada bakteri atau mikroorganisme lainnya.
5.
pH
Setiap mikroorganisme mempunyai pH yang spesifik,
sehingga dalam pertumbuhannya harus disesuaikan dengan pH yang dibutuhkannya.
Pengenceran pertama kali
dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Ia berhasil memelihara Streptococcus
lactis dalam piaraan murni yang diisolasi dalam sampel susu yang sudah
masam. Suatu sampel dari suatu supensi yang berupa campuran bermacam-macam
spesies diencerkan dalam suatu tabung yang tersendiri. Dari hasil pengenceran
ini kemudian diambil kira-kira 1 mL untuk diencerkan lebih lanjut. Jika dari
pengenceran yang ketiga ini diambil 0,1 mL untuk disebarkan pada suatu medium
padat, kemungkinan besar akan didapatkan beberapa koloni yang akan tumbuh dalam
medium tersebut. Akan tetapi, mungkin juga hanya akan memperoleh satu koloni
saja. Dalam hal yang demikian ini dapat dijadikan piaraan murni. Jika belum
yakin, bahwa koloni
tunggal yang diperoleh tersebut merupakan koloni yang murni, maka dapat
mengulang pengenceran dengan menggunakan koloni sebagai sampel. Yang didasarkan
pada prinsip pengenceran dengan maksud untuk memperoleh spesies individu. Dengan
anggapan bahwa setiap koloni dapat terpisah dari satu jenis sel yang dapat
diamati.
Fungsi perlakuan pada percobaan penanaman mikroba pada
PDA yaitu, pengambilan sampel dengan jarum ose yang telah dipanaskan di atas bunsen
sampai membara dengan tujuan mengindari kontaminasi pada alat. Kemudian sampel
ditempelkan pada cawan petri yang berisi PDA untuk dibiakkan. Selanjutnya
dilakukan inkubasi dengan suhu 37oC, karena paada suhu tersebut
merupakan suhu optimal untuk pertumbuhan mikroba. Fungsi perlakuan pada percobaan
penanaman mikroba dengan NA yaitu, pengambilan sampel dilakukan dengan alat
yang steril dimaksudkan untuk menghindari kontaminasi mikroba lain terhadap
alat. Pemindahan bahan dari tabung reaksi 10-1 ke tabung reaksi 10-2 dan dari tabung reaksi 10-2 ke tabung 10-3
dilakukan di atas bunsen dengan tujuan mencegah mikroba lain yang terbawa oleh
udara untuk masuk ke tabung yang berisi sampel. Selain itu, maksud dari
pemindahan sampel secara berulang kali tersebut yaitu agar diperoleh biakan
murni mikroba. Selanjutnya dilakukan inkubasi pada suhu 37oC karena
pada suhu tersebut merupakan suhu optimal bagi pertumbuhan mikroba.
Media NA (Nutrien
Agar) adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme
yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini
merupakan media sederhana yang dibuat dari beef
extract, peptone, dan agar. NA
merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi
seperti uji biasa dari air, sewage,
produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji
bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Medium NA berfungsi untuk membiakan berbagai
macam mikroorganisme serta kultur bakteri. Media PDA (Potatos Dexstose Agar) adalah merupakan media yang umum digunakan
dalam kulturasi bakteri. Media PDA terdapat macam zat nutrisi organik yang
digunakan dalam media biakan untuk menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang. Dalam suatu sampel
atau produk makanan. Media PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup
yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk
pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Medium PDA berfungsi untuk menumbuhkan fungi jenis
kapang. Penggunaan
NaCl 0,9% dalam praktikum ini adalah sebagai sumber mineral mikroba yang mana
dibutuhkan untuk menjaga sel mikroba tetap dalam keadaan yang isotonis. Jika
hipotonis maka sel mikroba akan pecah.
Faktor kesalahan karena praktikan kurang hati-hati dan teliti pada percobaan contohnya pada praktikum kali ini yaitu ketika kita
melakukan teknik pengambilan yellow tip yaitu ketika pada saat yellow tip terjatuh
pada tabung sampel, hal tersebut dapat menyebabkan
kontaminasi pada bahan.
Pada praktikum isolasi dan
identifikasi dasar mikroba yang telah dilakukan didapat hasil adanya kontaminan
pada media (Potato Dextrose Agar) PDA dan (Nutrient Agar) NA, sehingga tidak menghasilkan jamur dan bakteri
pada media tersebut. Adanya kontaminan ini karena kurangnya sterilisasi yang
dilakukan saat melaksanakan prosedur isolasi, seperti saat mengambil larutan
dengan menggunakan yellow tip dan
pipet volume. Yellow tip yang masuk
ke dalam tabung reaksi saat mengambil larutan dapat mengontaminasi larutan, sedangkan
pipet volume yang tidak disterilkan juga akan mengontaminasi larutan NA yang
akan digunakan sebagai media. Juga pada saat menghomogenkan media dengan
menggunakan angka 8, karena tidak hati-hati menyebabkan media tumpah dan
terkontaminasi.
Berikut ini adalah gambar media
PDA dengan jamur:
Gambar 4.1 Media PDA dengan jamur
Jamur yang terdapat pada gambar
cawan petri di atas tumbuh pada media Potato
Dextrose Agar (PDA), jamur berwarna putih dengan ukuran kecil (small), bentuk filamentous, elevasi convex, dan
margin filamentous ini merupakan
pembiakan mikroba menggunakan bahan lain berupa jamur roti yang ditotolkan pada
media PDA beku dan dimasukkan ke dalam inkubator pada suhu 370C
selama 48 jam.
BAB
V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan yaitu praktikum
isolasi dan identifikasi dasar mikroba yang telah dilakukan di laboratorium kita dapat membuat kesimpulan bahwa:
a.
Fungsi dari
isolasi mikroba yaitu untuk memisahkan satu
jenis mikroba dengan mikroba lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam
mikroba.
b.
Teknik dasar dalam isolasi yaitu: Metode tuang (Pour plate), Metode
sebar (Spread plate), Metode goresan (Streak plate), Metode
pengenceran (Dilution method), Mikromanipulator
(tehmicromanipulator method).
c.
Faktor yang dapat mempengaruhi isolasi mikroba yang
dapat tumbuh antara lain adalah:
1.
Suhu
2.
Kelembaban relatif
3.
Cahaya
4.
Radiasi
5.
pH
5.2
Saran
Diharapkan
pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan sampel yang berbeda seperti digunakan
sampel air hujan, air
rendaman beras atau air kamar
mandi praktikan masing-masing agar praktikan dapat mengetahui
mikroba yang terdapat pada
sampel tersebut yang kita gunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
Komentar
Posting Komentar